Keagungan pura tampak jelas terlihat dari kokohnya bangunan yang ada serta memiliki nilai histori yang tinggi. Salah satu contoh adalah Pura Bukit Dharma, selain sebagai tempat pemujaan bagi umat Hindu pura ini juga menjadi suaka peninggalan sejarah dan purbakala Provinsi Bali. Pura ini berlokasi di Desa Buruan, Blahbatu, Kabupaten Gianyar.
Pura Bukit Dharma Kutri merupakan suatu kawasan dimana di dalamnya terdapat empat buah pura, yaitu Pura Puseh, Pura Urun Carik, Pura Bukit Dharma, dan Pura Kedarman. Pura Puseh berada di halaman kedua (jabe tengah), Pura Urun Carik dan Pura Bukit Dharma berdiri di pelataran lebih tinggi, sedangkan Pura Kedarman terletak pada pelataran yang tertinggi karena berada di atas bukit.
Pura Kedarman memiliki keunikan yaitu di dalam pura ini terdapat pelinggih tempat menyimpan arca Durga Mahisasuramardhini, yang diyakini sebagai arca permaisuri Raja Mahendradatta, istri dari Raja Udayana. Mahendradatta wafat pada tahun 1011 M dan dicandikan di pura ini. Untuk dapat melihat arca ini, pengunjung harus melewati anak tangga yang berjumlah 102 buah. Kompleks Pura Bukit Dharma menyimpan peninggalan sejarah berupa arca-arca: Amoghapasa, Ganesha, arca Bhatara, arca Mahisasuramardhini, dan arca Buddha yang diperkirakan berasal dari abad ke X – XIII M. Karena banyaknya arca-arca yang ada di kompleks pura ini, maka para ahli arkeologi dan sejarah mulai melakukan penelitian bahkan sebelum pecahnya Perang Dunia Kedua.
Adapun bukit tempat didirikannya kompleks pura ini ditumbuhi beberapa jenis pohon kayu berdaun rimbun, antara lain pohon beringin dan pohon kepih, yang membuat bukit ini terhindar dari erosi sekaligus menambah kesan teduh dan sakral.
Belum ada kepastian tentang kapan tepatnya kompleks pura ini dibangun. Namun, menurut cerita, pura Bukit Dharma Kutri ini sudah ada semenjak masa pemerintahan Raja Udayana dan Permaisuri Mahendradatta (1047–1077 M). Sedangkan nama Pura Bukit Dharma Kutri diambil dari keberadaan atau letak pura ini berada yaitu “di atas bukit”. Kata Dharma sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang memberi petunjuk bahwa Pura Bukit Dharma merupakan tempat pemujaan arwah (roh) seorang tokoh penting di dalamnya.
Dengan dijadikannya Pura Bukit Dharma Kutri sebagai salah satu objek wisata budaya, maka dibuatlah beberapa fasilitas yaitu toilet serta area parkir yang cukup memadai bagi pengunjung yang datang ke pura ini.
Banyaknya sawah di sekitar lingkungan pura ini menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk sekitar sebagian besar bertumpu pada sektor pertanian, terutama padi. Selain itu, sebagian masyarakat juga menjadi pengrajin dan pelaku pariwisata dengan membuka warung, toko suvenir, hingga menjadi pemandu wisata bagi para pengunjung.
Lokasi pura ini berada sekitar 25 km dari Kota Denpasar Bali atau kira-kira 30 menit perjalanan dengan kendaraan bermotor. Jalan menuju lokasi cukup mudah diakses, meskipun terdapat jalur menanjak berupa anak tangga yang menjadi tantangan tersendiri bagi wisatawan.
Takkan ada habisnya jika kita berbicara tentang Bali, semua yang ditawarkan begitu indah dan unik sehingga layak kiranya jika pulau ini tetap menjadi kebanggaan bagi dunia pariwisata Indonesia.
Nilai Historis dan Arkeologis
Keberadaan arca-arca kuno di Pura Bukit Dharma Kutri memperlihatkan bahwa kawasan ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat peradaban dan spiritualitas pada masa Bali kuno. Arca Amoghapasa dan Buddha menunjukkan adanya pengaruh ajaran Buddha, sedangkan arca Ganesha dan Mahisasuramardhini mencerminkan kuatnya tradisi Hindu. Hal ini membuktikan adanya akulturasi Hindu-Buddha di Bali pada abad ke-10 hingga ke-13.
Para arkeolog meyakini bahwa Pura Bukit Dharma Kutri berfungsi sebagai tempat pemujaan leluhur kerajaan, khususnya permaisuri Mahendradatta yang sangat dihormati masyarakat pada masanya.
Daya Tarik Wisata
Bagi wisatawan, Pura Bukit Dharma Kutri menawarkan pengalaman yang berbeda dibanding pura-pura besar seperti Besakih atau Tanah Lot. Beberapa daya tariknya antara lain:
- Sejarah Hidup – wisatawan dapat menyaksikan arca-arca kuno berusia ratusan tahun yang masih terawat.
- Nuansa Spiritual – suasana hening di puncak bukit memberi ketenangan dan cocok untuk meditasi.
- Panorama Alam – dari pelataran atas pura, pengunjung bisa melihat hamparan sawah dan perkampungan sekitar.
- Tantangan Anak Tangga – mendaki 102 anak tangga menuju Pura Kedarman memberi pengalaman fisik sekaligus spiritual.
- Keaslian Desa Bali – kawasan sekitar masih kental dengan suasana pedesaan, cocok untuk wisata budaya.
Tips Berkunjung
- Datang pagi hari agar udara sejuk dan suasana lebih tenang.
- Gunakan pakaian sopan, sarung dan selendang wajib dikenakan (biasanya tersedia di pura).
- Persiapkan tenaga untuk mendaki anak tangga.
- Hormati aturan adat: jangan berisik, jangan sembarangan memotret area suci, dan wanita yang sedang menstruasi tidak diperkenankan masuk ke area utama.
- Siapkan uang tunai kecil untuk donasi (dana punia) dan biaya parkir.
Penutup
Pura Bukit Dharma Kutri adalah kombinasi sempurna antara tempat ibadah, situs sejarah, dan destinasi wisata budaya. Arca-arca kuno yang tersimpan di kompleks pura menjadi bukti peradaban Bali kuno yang kaya, sementara suasana alam di sekitarnya menghadirkan kedamaian khas desa Bali.
Bagi wisatawan yang ingin memahami Bali lebih dalam, Pura Bukit Dharma Kutri adalah destinasi yang tepat: menghadirkan sejarah, spiritualitas, dan keindahan alam dalam satu paket perjalanan.
FAQ – Pura Bukit Dharma Kutri
- Di mana lokasi Pura Bukit Dharma Kutri?
Terletak di Desa Buruan, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, ±25 km dari Denpasar. - Apa yang membuat pura ini unik?
Keberadaan arca Durga Mahisasuramardhini yang dipercaya sebagai arca permaisuri Mahendradatta, serta koleksi arca Hindu-Buddha dari abad ke-10 hingga ke-13. - Apakah wisatawan boleh masuk ke area utama pura?
Ya, wisatawan boleh masuk dengan syarat berpakaian sopan, mengenakan sarung dan selendang, serta mengikuti aturan adat. - Berapa jumlah anak tangga menuju Pura Kedarman?
Sebanyak 102 anak tangga, yang menjadi tantangan sekaligus daya tarik wisata. - Apakah tersedia fasilitas wisata di sekitar pura?
Ya, terdapat area parkir, toilet, warung, serta beberapa toko kecil. - Kapan waktu terbaik untuk berkunjung?
Pagi hari atau sore menjelang matahari terbenam, saat cuaca lebih sejuk. - Apakah cocok untuk wisata keluarga?
Cocok, terutama bagi keluarga yang ingin mengenalkan sejarah dan budaya Bali. Namun anak-anak perlu diawasi saat menaiki tangga.